15.b. TAHUN PERUTUSAN

BAGIAN KEDUAPULUHDELAPAN
TAHUN PERUTUSAN 
[Tulisan 2 Dari 3]


Untuk maksud itu Nabi lalu mengutus Ali b. Abi Talib menyusul Abu Bakr, dan berkhotbah menyampaikan perintah Allah dan Rasul itu kepada orang ramai waktu musim haji di Arafat. Dalam menunaikan tugasnya Ali dapat menyusul Abu Bakr dan kaum Muslinmin yang berangkat bersama-sama pergi haji itu. Begitu Abu Bakr melihatnya ia bertanya:

“Amir atau ma’mur?”2
“Ma’mur,”3 jawab Ali.

Kemudian diceritakannya maksud kedatangannya itu, dan bahwa Nabi mengutus dia kepada orang banyak karena dia termasuk keluarganya.

Bilamana orang sudah berkumpul di Mina melaksanakan upacara haji, Ali berdiri di samping Abu Huraira, dan diserukannya kepada orang banyak dengan membaca firman Allah ini:4

“Suatu pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya kepada orang-orang musyrik yang telah kamu ikat dengan perjanjian (1). Oleh karena itu, bolehlah kamu berjalan di muka bumi ini selama empat bulan dan ketahuilah, bahwa kamu tidak akan dapat melemahkan Tuhan dan Tuhan akan mencampakkan kehinaan kepada orang-orang kafir (2). Dan ini sebuah Maklumat dari Allah dan Rasul kepada umat manusia pada Hari Haji Akbar5 bahwa Allah dan Rasul lepas tangan dari orang-orang musyrik. Tetapi kalau mau bertaubat, itu lebih baik buat kamu. Tetapi kalau kamu mengelak juga, ketahuilah, kamu takkan dapat melemahkan Tuhan. Beritahukanlah kepada orang-orang yang kafir itu akan adanya siksa yang pedih (3). Kecuali mereka, yang telah kamu adakan perjanjian dengan orang-orang musyrik dan tiada pula mereka melanggar sesuatu dalam perjanjian itu, dan mereka tidak membantu seseorang dalam memusuhi kamu, maka penuhilah perjanjian itu dengan mereka sampai batas waktunya. Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam kebenaran (4). Apabila bulan-bulan suci sudah lalu, orang-orang musyrik itu boleh diperangi dimana saja kamu jumpai mereka, tangkap dan kepunglah mereka dan intailah mereka pada setiap tempat penjagaan. Tetapi apabila mereka sudah bertaubat, sudah menjalankan salat dan mengeluarkan zakat, biarkanlah mereka bebas berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penyayang (5). Dan apabila ada seseorang dari pihak musryik itu meminta perlindungan (suaka) kepadamu, lindungilah ia supaya sempat ia mendengar Firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat vang aman. Demikianlah, sebab mereka orang-orang yang tidak mengetahui (6). Bagaimana mungkin di hadapan Allah dan RasulNya akan ada suatu perjanjian dengan orang-orang musyrik; kecuali yang telah kamu adakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjid’l-Haram. Maka selama mereka berlaku lurus kepada kamu, hendaklah kamu berlaku lurus juga kepada mereka; sebab Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam kebenaran (7). Bagaimana mungkin (ada perjanjian demikian itu), padahal bilamana mereka dapat menguasai kamu, mereka tidak akan menghormat kamu, baik dalam tali kekeluargaan mau pun dalam perjanjian. Mereka menyenangkan kamu dengan mulut (manis) tapi hati mereka sebaliknya. Dan kebanyakan mereka itu orang-orang fasik (8). Ayat-ayat Tuhan mereka jual dengan harga murah dan mereka mau menghalangi orang dari jalan Allah. Memang buruk sekali perbuatan mereka itu (9). Mereka tidak lagi menghormati orang beriman, baik dalam kekeluargaan mau pun dalam perjanjian. Mereka itulah orang-orang yang melanggar batas (10). Akan tetapi bila mereka bertaubat, menjalankan sembahyang dan mengeluarkan zakat, maka mereka itu saudara-saudaramu seagama. Ayat-ayat itu Kami uraikan kepada mereka yang mau mengerti (11). Tetapi bilamana mereka sudah melanggar sumpah mereka sendiri sesudah perjanjian mereka itu, dan mereka memaki agamamu, maka perangilah pemuka-pemuka orang kafir itu - mereka orang-orang yang tak dapat menahan diri ( 12). Kamu tidak mau melawan golongan yang telah melanggar sumpahnya sendiri, padahal mereka sudah berkonmplot hendak mengusir Rasul, dan mereka itulah yang pertama kali mulai memerangi kamu. Takutkah kamu kepada mereka? Padahal Allah yang harus lebih ditakuti, kalau kamu orang-orang beriman (13). Lawanlah mereka itu! Tuhan akan menyiksa mereka melalui tangan kamu, Allah akan menista mereka dan akan menolong kamu melawan mereka, akan melegakan hati orang-orang beriman (14). Tuhan akan menghapuskan kemarahan hati mereka, akan menerima taubat siapa saja yang dikehendakiNya. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana ( 15). Adakah kamu mengira, bahwa kamu akan dibiarkan begitu saja, padahal Allah belum membuktikan kamu yang benar berjuang dan tiada pula mengambil sebagai teman akrabnya, selain Allah, Rasul dan orang-orang beriman. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (16). Bukanlah orang-orang musyrik itu yang akan memeriahkan mesjid-mesjid Allah, karena mereka sudah mengakui sendiri kekufuran mereka. Perbuatan mereka itu rendah sekali, dan mereka akan kekal dalam api neraka (17). Tetapi yang akan memeriahkan mesjid-mesjid Allah ialah orang yang sudah beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta menjalankan sembahyang dan mengeluarkan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Mereka inilah yang diharapkan akan mendapat petunjuk (18). Pemberian minuman kepada jemaah haji dan mengurus Mesjid Suci adakah kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjuang di jalan Allah? Dalam pandangan Tuhan mereka tidak sama. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang bersalah (19). Orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwaraga mereka dalam pandangan Allah lebih tinggi derajatnya; dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (20). Tuhan memberikan berita gembira kepada mereka dengan rahmat, keridaan dan surga daripadaNya buat mereka. Disana tempat kesenangan abadi (21). Mereka kekal selalu disana. Pahala yang besar ada pada Tuhan (22). Orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu itu sebagai wakil-wakil kamu kalau mereka lebih mengutamakan kekufuran daripada iman; dan barangsiapa mengambil mereka menjadi wakil, mereka itulah orang-orang yang aniaya (23). Ya, katakanlah: Kalau bapa-bapa kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara dan isteri-isteri kamu serta keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatirkan akan menjadi rugi, tempat-tempat tinggal yang kamu senangi, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta daripada berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan. Allah tidak memberikan bimbingan kepada orang-orang fasik (24). Allah telah menolong kamu pada beberapa tempat dan pada Peristiwa Hunain, tatkala kamu merasa bangga sekali karena jumlah kamu yang besar. Tetapi ternyata jumlah yang besar itu sedikit pun tidak menolong kamu, dan bumi yang seluas ini pun terasa amat sempit olehmu, lalu kamu berbalik mundur (25). Sesudah itu Tuhan menurunkan perasaan tenang kedalam hati Rasul dan orang-orang beriman serta diturunkanNya pula balatentara yang tidak kamu lihat, dan disiksaNya orang-orang kafir itu dan memang itulah balasan buat orang-orang kafir (16). Sesudah itu kemudian Allah menerima taubat barangsiapa yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun dan Penyayang (27). Orang-orang beriman! Ingatlah, orang-orang musyrik itu kotor. Sebab itu. sesudah ini, janganlah mereka memasuki Mesjid Suci, dan kalau kamu kuatir akan menjadi miskin, maka Tuhan dengan karuniaNya akan memberikan kekayaan kepada kamu. Jika dikehendaki, sesungguhnya Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana (28). Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak pula beragama menurut agama yang benar.yaitu orang-orang yang sudah mendapat Al-Kitab, sampai mereka membayar jizya dengan patuh dalam keadaan tunduk (29). Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah, dan orang-orang Nasrani berkata: ‘Almasih itu putera Allah,. Demikianlah kata-kata mereka, menurut mulut mereka. Mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir masa dulu. Tuhan mengutuk mereka. Bagaimana mereka sampai dipalingkan? (30). Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan al-Masih putera Mariam (juga mereka pertuhan), padahal mereka diperintahkan hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tiada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (31). Mereka berkehendak memadamkan Nur ilahi dengan mulut mereka. Tetapi kehendak Tuhan hanya akan menyelesaikan pancaran cahayaNya itu, meskipun tidak disukai orang-orang kafir (32). Dialah Yang telah mengutus RasulNya dengan membawa Petunjuk Qur’an dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas semua agama, meskipun tidak disukai oleh orang-orang musyrik (33). Orang-orang beriman! Banyak sekali para pendeta dan rahib-rahib memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka merintangi orang dari jalan Allah. Dan mereka yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka adanya siksa yang pedih (34). Tatkala semuanya dipanaskan dalam api jahanam, lalu dengan itu dahi mereka, lambung mereka dan punggung mereka dibakar. Inilah harta-bendamu yang kamu timbun untuk dirimu sendiri. Sebab itu, rasakan sekarang akibat apa yang kamu timbun itu (35). Sebenarnya bilangan bulan dalam pandangan Tuhan ialah duabelas bulan. Demikian ditentukan Allah tatkala Ia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan suci. Itulah ketentuan agama yang lurus. Oleh karena itu janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu. Lawanlah orang-orang musyrik itu semua, seperti mereka juga memerangi kamu semua. Ketahuilah, Allah beserta orang-orang yang teguh bertakwa (36). (Qur’an, 9: 1-36)
Ketika itu Ali berdiri di tengah-tengah orang yang sedang menunaikan upacara haji di Mina. Dibacakannya kepada mereka itu ayat-ayat Surah At-Taubah, yang di sini saya kutip secara keseluruhan, dengan maksud seperti yang akan saya terangkan kemudian. Selesai membaca ia berhenti sejenak, kemudian serunya lagi kepada orang ramai itu:

“Saudara-saudara! Orang kafir tidak akan masuk surga. Sesudah tahun ini orang musyrik tidak boleh lagi naik haji, tidak boleh lagi bertawaf di Ka’bah dengan telanjang. Barangsiapa terikat oleh suatu perjanjian dengan Rasulullah s.a.w. maka itu tetap berlaku sampai pada waktunya.”

Ali menyampaikan keempat perintah itu di tengah-tengah orang ramai, kemudian sesudah itu kepada mereka diberi waktu empat bulan supaya masing-masing golongan itu sempat pulang ke daerah dan negeri masing-masing. Sejak itu tiada seorang musyrik lagi mengerjakan haji, tiada lagi orang telanjang bertawaf di Ka’bah. Juga sejak itulah dasar tempat berdirinya suatu negara Islam diletakkan.

Karena dasar ini pulalah maka disini saya kutip bagian-bagian permulaan Surah At-Taubah itu secara keseluruhan. Dengan hasrat supaya dasar itu diketahui oleh semua orang Arab. Ali bukan saja membacakan ayat-ayat Bara’ah (At-Taubah) itu pada musim haji saja - menurut suatu sumber yang sudah disetujui melainkan juga sesudah itu pun dibacakannya pula di rumah-rumah mereka - demikian sumber-sumber lain menyebutkan. Kalau orang membaca bagian-bagian permulaan Surat Bara’ah ini lalu diulang membacanya dan diteliti dengan seksama, orang akan merasakan sekali bahwa itulah dasar ideal dalam bentuk yang paling jelas bagi setiap negara yang baru tumbuh. Turunnya Surah Bara’ah ini secara keseluruhan ialah pada ekspedisi terakhir yang dilakukan Nabi. Setelah penduduk Tatif datang menyatakan diri sebagai keluarga agama baru ini, setelah seluruh Hijaz berikut Tihama dan Najd bernaung dibawah bendera Islam, dan setelah sebagian besar kabilah-kabilah selatan semenanjung menyatakan diri tunduk kepada Muhammad dan bergabung kedalam ajaran agamanya. ketika itulah tampak hikmah sejarah turunnya ayat-ayat yang mengatur dasar negara ideal sampai pada waktu itu. Supaya negara menjadi kuat, maka ia harus mempunyai suatu ideologi ideal yang umum sifatnya dapat dijadikan keyakinan masyarakat dan semua bersedia pula membelanya dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada. Dalam hal ini mana pula ada suatu ideologi yang lebih besar daripada keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan tidak bersekutu. Dan ideologi yang mana pula yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa manusia daripada suatu kesadaran bahwa ia merasa dirinya berhubungan dengan Alam dengan segala manifestasinya yang paling tinggi. Tak ada yang dapat menguasai dirinya selain Allah dan hanya Allah pula dapat mengawasi hati nuraninya. Apabila ada orang yang menentang ideologi umum yang harus menjadi dasar negara ini, maka mereka itu ialah orang-orang fasik, orang-orang yang mau menyebarkan benih-benih pergolakan perang saudara dan fitnah yang merusak. Oleh karena itu, terhadap orang-orang semacam itu tidak boleh ada suatu perjanjian. Negara harus memerangi mereka. Kalau pembangkangan mereka terhadap ideologi umum itu bersifat liar dan tak terkemudikan, mereka harus diperangi sampai mereka tunduk. Kalau pembangkangannya terhadap ideologi bersifat tidak liar dan dapat dikendalikan - seperti halnya dengan Ahli Kitab - maka mereka wajib membayar jizyah dengan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku.

Dari tinjauan kita mengenai arti ayat-ayat Surah At-Taubah yang sudah kita baca itu, dari segi sejarah dan sosiologi, tentu akan mengantarkan kita pada penilaian itu juga. Dan setiap orang yang jujur dan beritikad baik, akan kesana pula penilaiannya. Akan tetapi, mereka yang telah memberikan tanggapan kepada Rasul dengan cara yang sudah melampaui batas itu, akan meninggalkan tinjauan demikian ini. Mereka akan menafsirkan ayat dalam Surah At-Taubah yang sudah begitu jelas dan kuat itu dengan mengatakan, bahwa hal itu akan mendorong orang jadi fanatik, yang sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa toleransi peradaban dewasa ini; akan mendorong orang supaya mengejar dan membunuh orang-orang musyrik dimana saja ada orang-orang yang beriman - tanpa mengenal ampun dan kasihan lagi, juga mendorong orang membuat undang-undang atas dasar tirani.

Demikian inilah kata-kata yang sering kita baca dalam buku-buku kaum Orientalis. Kata-kata ini sangat menarik pikiran orang yang memang belum matang dalam masalah-masalah kritik sosial dan sejarah, dalam kalangan Muslimin sendiri sekali pun. Kata-kata demikian itu sebenarnya sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan sejarah, juga tidak sesuai dengan kenyataan sosial. Hal inilah - yang dalam penafsiran mereka mengenai Surah At-Taubah seperti yang kita sebutkan, dan yang serupa itu pula yang banyak terdapat dalam surah-surah lain dalam Qur’an yang menyebabkan orang membuat suatu penafsiran yang sama sekali tak dapat diterima oleh logika dan kenyataan dalam sejarah Rasul, juga bertentangan dengan rangkaian sejarah hidup Nabi Besar itu sejak ia diutus Allah membawa agama ini sampai ia berpulang kembali ke rahmatullah.

Untuk menjelaskan hal ini, baik juga kalau kita bertanya mengenai dasar ideal peradaban yang berlaku sekarang, lalu kita bandingkan dengan dasar ideal seperti yang dibawa oleh Muhammad itu. Dasar ideal peradaban yang berlaku dewasa ini ialah kebebasan berpikir yang tidak terbatas, dan hanya cara menyatakannya dibatasi dengan undang-undang. Dan kebebasan berpikir inilah yang lalu dijadikan suatu ideologi, yang dibela orang dan bersedia ia berkorban untuk itu. Ia berjuang dan berperang mati-matian hendak mewujudkan hal itu, dan menganggap semua itu sebagai kejayaan yang patut dibanggakan oleh setiap generasi, dan dibanggakan juga terhadap masa lampau Karena itu pulalah Orientalis-orientalis seperti yang kita sebutkan itu berkata:

“Ajaran Islam yang hendak memerangi orang yang tidak mau beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian, ialah ajaran yang menyuruh orang jadi fanatik. Sebenarnya ini bertentangan dengan kebebasan berpikir.”

Ini suatu pemalsuan yang memalukan, apabila kita sudah mengetahui bahwa nilai pikiran itu terletak pada ajaran dan perbuatannya. Islam tidak menyuruh menentang orang-orang musyrik penduduk semenanjung itu, kalau saja mereka patuh dan tidak mengajak orang melakukan syirik dan menyuruh pula melaksanakan upacaranya. Peradaban yang sedang berkuasa (the ruling culture) sekarang, dalam memerangi pikiran-pikiran yang berlawanan dengan situasi ideologi itu sudah melebihi perlawanan kaum Muslimin terhadap orang-orang musyrik. Juga peradaban yang berkuasa sekarang ini seribu kali lebih jahat dibandingkan dengan jizya yang berlaku terhadap orang yang dianggap Ahli Kitab itu.

Sengaja disini kita tidak akan mengambil contoh kejadian dulu ketika terjadi gerakan pemberantasan perdagangan budak-belian, sekali pun mereka yang bekerja dalam perdagangan ini yakin sekali bahwa hal itu tidak dilarang. Kita tidak mengambil ini sebagai contoh, supaya jangan ada yang berkata, bahwa kita bukan tidak menyetujui adanya perdagangan semacam itu meskipun Islam tidak menyuruh lebih daripada memberantas apa yang tidak disetujuinya itu. Sebaliknya Eropa sekarang, Eropa yang punya peradaban yang sedang berkuasa itu, dengan dibantu oleh Amerika, oleh kekuatan-kekuatan bersenjata di Asia bagian selatan dan Timur Jauh, telah pula memerangi gerakan bolsyevisma (komunisma), dan bersedia berperang terus mati-matian. Kami di Mesir ini pun bersedia pula bersama-sama dengan peradaban yang sedang berkuasa ini memerangi dan memberantas bolsyevisma, meskipun dalam hal ini bolsyevisma tidak lebih dari suatu gagasan ekonomi yang mau melawan gagasan lain yang dianut oleh peradaban yang sedang berkuasa sekarang itu. Adakah seruan Islam yang hendak memberantas orang-orang syirik yang telah melanggar perjanjian Tuhan setelah disahkan itu sebagai suatu seruan biadab yang menganjurkan fanatisma dan antikebebasan? Sebaliknya seruan yang hendak memberantas bolsyevisma yang merusak susunan masyarakat itu, dalam peradaban yang sedang berkuasa ini dipandang sebagai seruan yang menganjurkan kebebasan berpikir dan berideologi dan patut dihormati?


Catatan kaki:
2 Harfiah, ‘yang memerintah atau yang diperintah’ yakni ‘adakah ia ditugaskan oleh Nabi memimpin jamaah haji atau Lkut dalam rombongan?’ (A).
3 Yakni yang ikut dalam rombongan haji di bawah pimpinan Abu Bakr (A).
4 Oleh karena ayat-ayat yang dikutip ini cukup panjang, maka setiap ayat diberi bernomor (A)
5 Harfiah berarti hari haji yang lebih besar, (al-hajj’l-akbar); menurut beberapa kitab tafsir berarti yang meliputi hari Arafat atau hari Nahr atau secara keseluruhan sebaliknya dari ‘haji yang lebih kecil’ (al-hajj’l-ashghar) (A).



0 comments:

Post a Comment